Archive for September 2015

Introduction (Mawan's day)

Mawan bukan siapa siapa, dia bukan aktor, penyanyi, penyair, pilot bahkan ilmuwan,
Mawan cuma manusia biasa, yang punya kehidupan sederhana, ia terlahir sebagai orang yang biasa biasa saja, tidak luar biasa seluar biasa dalam cerita dongeng sampai sinetron,
Hidupnya dipenuhi dengan hal hal aneh dan gila, kelakuannya konyol, tertawa nya besar, sebagian besar temannya adalah orang yang juga setengah waras, ia jarang sekali bertingkah serius,
Tapi, hal yang membuatnya spesial adalah, dia memiliki tekad kuat untuk merubah dirinya menjadi lebih baik dan lebih baik,
Semakin hari Mawan semakin beranjak dewasa, perlahan lahan, ia mulai mengatur ulang kehidupannya, ia memperbaiki hubungannya dengan orang orang di sekitarnya, mulai dari dirinya sendiri, keluarga, teman, sampai tuhannya, Allah SWT
Ini semua adalah rangkaian cerita kehidupan Mawan dari hari ke hari, walau kadang, bahkan sering ngelewatin hari hari yang membosankan, tapi cowo satu ini selalu dapet pelajaran baru tiap hari, bisa dari kejadian yang dia alamin, orang yang dia temuin, dari dirinya sendiri, bahkan dari benda mati sekalipun. Mawan selalu ngambil pelajaran dari setiap jengkal kehidupan yang di jalaninya,
Walaupun usaha nya dalam memperbaiki diri masih jauh dari kata sempurna dan tak semua orang melihat perubahan dalam dirinya, namun Mawan selalu meyakinkan dirinya, bahwa ia telah berubah, dan harus terus berubah ke arah yang lebih baik,
Ini bukan dongeng sebelum tidur, bukan sejarah yang perlu di hafal, bukan juga ilmu sains yang penuh dengan teori, bukan tabel periodik unsur kimia yang disusun secara berurutan, apalagi naskah sinetron yang sangat menguras emosi, semua tersaji secara acak, coretan coretan sederhana namun penuh makna tentang kehidupan seorang Mawan...

Enjoy reading...
Don’t be too serious... : )

day10_menjadi laki laki

Di tengah tengah pelajaran, Mawan malah asyik ngobrol sama Bella, salah satu teman sekelasnya yang cukup dekat dengan Mawan, mungkin karena mereka sama sama memiliki tingkah laku yang konyol dan sering tertawa bersama sama. Mawan sedang memainkan ponsel Bella, tiba tiba dering sms berbunyi, dia langsung memberikan ponselnya pada Bella, namun setelah melihat notifikasi ponselnya, Bella mengembalikan lagi ponselnya itu pada Mawan,
“kenapa? Ga di liat dulu?” tanya Mawan.
“ngga ah, ga penting,” jawabnya singkat.
“siapa emang? Gua liat yaaa...” sikap kepo nya kembali kumat.
“jangan...!! eh, tapi liat aja deh, bodo amat...” katanya lagi cuek. Mawan pun iseng memeriksa pesan dari siapakah itu, dan di kotak masuk ponsel Bella, tertera nama seseorang yang bertanya pukul berapa Bella pulang hari ini, ‘Ka Rian’ begitulah nama itu tertulis.
“ciee... Ka Rian niih... yakin ga mau di bales????” canda Mawan.
“yakin banget, lagi males ketemu dia,”
“kenapa emang? Tumben amat...” tanya Mawan sambil terus mengulik ponsel Bella.
“males aja Wan, bukan apa apa sih, tapi ga tau lah, ada satu cara pikir dia yang gua ga suka, jadi males aja bawaannya...”
“cara pikir dia yang mana...”
Rian adalah senior Mawan dan Bella dari jurusan berbeda yang sudah lulus sekitar satu tahun yang lalu, seperti halnya Bang Aping dan senior senior nya yang lain, Rian juga masih betah berada di kampus, ia masih sering datang ke kampus, entah jelasnya untuk apa, sejauh yang Mawan tau, Rian ke kampus untuk bertemu teman temannya yang mungkin sudah berlangganan untuk memperbaiki gadget mereka. Sebagai lulusan teknik informatika, permasalahan yang berkaitan dengan jaringan, koneksi atau perangkat pada sebuah gadget bukanlah hal sulit bagi Rian, ia bisa mengatasi permasalahan semacam itu. Dari situ lah Rian mendapat uang saku untuk kehidupan sehari hari nya sebelum ia mendapat pekerjaan tetap. Dan saat ini Rian sedang berusaha mendekati Bella.
“dia tuh orangnya pemilih Wan...” kata Bella.
“pemilih gimana?”
“ya lu tau sendiri sekarang dia belum punya kerjaan tetep, ya itu tuh gara gara dia terlalu pemilih...”
“oh gitu, dia yang bilang sendiri sama lu?”
“ya ga secara langsung, tapi dia emang sering bilang tentang alesan alesannya kenapa ga mau kerja disini, disitu... adaaaa aja alesannya, ga ngerti gua sama jalan pikirannya...”
“contohnya apa alesannya?”
“kejauhan lah, jadwal nya nyiksa lah, malah ga jarang dia bilang gaji nya kecil, parah kan?”
“ya elaaah, pemula mah ga usah banyak gaya kali, ga usah banyak nuntut, jalanin aja dulu...” timpal Mawan.
“nah itu, terakhir dia cerita, kalo bapak nya tuh sering nawarin dia kerjaan, tapi dia nya aja yang banyak alesan, malah dia bilang ke gua kalo dia ga suka di paksa, maksudnya, dia males kalo ditanya kerja dimana, udah punya apa, kapan nikah? menurut dia, kebahagiaan itu ga di tentuin dari materi doang, katanya lagi, asalkan dia nyaman sama hidupnya sekarang dan ga ngerugiin orang lain, yaudah, ga ada masalah. Padahal kan pertanyaan kaya gitu wajar untuk seorang laki laki yang udah lulus kuliah kaya dia, apalagi yang nanya nya itu orang tua nya sendiri, iya kan?”
“yaiyalah, jangankan yang udah lulus Bel, gua aja yang masih kuliah pernah ditanya kaya gitu...”
“nah itu, untungnya bapak nya dia sabar, ga pernah bener bener maksa, makanya sampe sekarang dia masih santai. Kalo gua jadi bapak nya, udah gua usir kali dari rumah...”
“hahaha, sabar Bel, sabar... yang penting dia baik sama elu kan.. :D”
“iya sih, gaada hubungannya kali Wan -_-, maksud gua, harusnya Ka Rian tuh berpikir realistis, bukan sekedar arti kebahagiaan yang ga di ukur dari materi, bukan itu doang, tapi ya emang sebagai laki laki dia kan harus punya tanggung jawab, suatu saat nanti tuh dia bakal nikah, jadi kepala keluarga, bukannya jaman sekarang cinta doang ga cukup? Secara realistis kan kaya gitu iya kan?”
Mawan ngangguk ngangguk tanda setuju sama kata kata Bella. “padahal temen temennya kan udah pada kerja yah, ga ada niat untuk ngikutin apa ya?”
“iya makanya, itu yang bikin gua males ngobrol sama dia, terlalu naif, terlalu imajinatif, sampe lupa kenyataan...” kata Bella sedikit ketus.
Dari pandangan Bella terhadap Ka Rian, Mawan sadar kalau mungkin hampir semua perempuan punya pikiran yang sama kaya Bella. Di usia dewasa, perempuan bukan lagi hanya berfikir tentang cinta dan kasih sayang, tapi juga materi dan realita. Mawan terima itu, karena memang kenyataan nya seperti itu, laki laki memiliki tanggung jawab besar melebihi seorang wanita, mereka di tuntut untuk bisa menghidupi bukan hanya dirinya sendiri, tapi juga orang lain, orang tuanya, istrinya dan anak anaknya kelak.
Cara fikir seperti Ka Rian adalah cara fikir yang harus dibuang jauh jauh oleh Mawan, apalagi ia mendengar pendapat dari seorang perempuan secara langsung tentang seperti apa laki laki seharusnya bertindak, sebagai orang yang sedang berusaha mendapatkan hati Bella, secara tidak langsung Rian sudah gagal di tengah perjalanan karna sikapnya itu, dan Mawan tidak mau itu terjadi pada dirinya, hal semacam itu akan menjadi modalnya untuk membangun harga dirinya di hadapan perempuan.
Mawan tidak ingin ada perempuan yang berfikir seperti Bella tentang Ka Rian pada dirinya, Mawan ingin terus memperbaiki dirinya untuk masa depannya, ia ingin bisa menjadi sosok laki laki yang bertanggung jawab, mapan dan layak menjadi pemimpin suatu saat nanti.
Mawan hanya ingin terus berusaha memantaskan dirinya untuk perempuan yang akan menjadi jodohnya kelak.... :D

day09_N.A.F.S.U

Waktu menunjukkan pukul 20.42 WIB, Mawan baru saja sampai di kosannya setelah lelah seharian kuliah dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil kembali memainkan ponselnya, ia sedang chatting dengan seniornya yang baru saja wisuda sekitar 4 bulan yang lalu, namanya Afrie, atau biasa dipanggil Bang Aping.
Bang Aping adalah mantan pejabat tinggi di organisasi inti di fakultas mereka, nama nya masih dikenal bahkan setelah ia lulus, karena itulah Bang Aping masih sering berkunjung ke kampus terutama ke fakultasnya sendiri yang saat ini juga merupakan fakultas tempat Mawan belajar. Bang Aping adalah sosok yang dewasa dan bijaksana, pengalaman ber organisasi nya sudah sangat banyak, itu yang membuatnya sangat layak untuk mendapat jabatan sebagai pemimpin kala itu.
Dan hari ini, ketika secara tak sengaja Mawan bertemu dengan Bang Aping saat ia dan teman temannya sedang bersantai di kantin, lagi lagi Bang Aping memberi pelajaran baru dalam hidup Mawan, sebuah obrolan yang kembali membuka pikiran Mawan dan berhasil mematahkan opininya selama ini,
Hal yang sangat vital, yaitu hubungan antara perempuan dan laki laki...
Sambil menunggu Bang Aping membalas chat nya, Mawan menerawang mengingat kembali kata kata Bang Aping tadi siang, saat mereka bercakap cakap,
Bang Aping mengutarakan alasan lain kenapa pacaran itu dosa, ketika Mawan dan Nyra bilang kalo pacaran yang dosa itu adalah pacaran yang melebihi batas, dan mereka berdua membela diri dengan bilang ‘gua kalo pacaran ga sampe pegang pegangan kok Bang...’
Namun, seakan tak peduli dengan omongan mereka berdua, Bang Aping menegaskan, kalau pemikiran mereka itu adalah salah!
Dari dulu, Mawan sudah terbiasa dengan larangan berpacaran, pertama, dari kedua orang tuanya yang menyuruhnya untuk serius belajar dan mengejar cita citanya, dan yang kedua adalah dari agama nya, Islam yang mengharamkan berpacaran. Larangan dari orang tua nya ia tepis dengan ber alasan ia bisa menyeimbangkan sekolah dengan kehidupan pribadinya, dan ia bisa membuktikan itu, sekolah nya berjalan lancar dan baik baik saja. Dan larangan dari Tuhannya ia tepis dengan beralasan bahwa pacaran yang seperti apa dulu yang menyebabkan dosa, menurutnya, pacaran yang berlebihan lah yang menyebabkan dosa, seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bahkan yang lebih dari itu. Sedangkan Mawan merasa ia tidak melakukan hal hal sejauh itu, karna itulah ia merasa ini bukan termasuk pacaran yang menyebabkan dosa.
Dan Bang Aping dengan lantang berkata,
“nafsu nya yang bikin dosa, bukan pegangan tangannya...!!”
Mawan dan Nyra tidak berkata apa apa saat itu, lalu Bang Aping melanjutkan kata katanya,
“kalo pegangan tangan itu dosa, kenapa masih banyak ustad ustad atau para petinggi agama yang kadang kalo salaman sama lawan jenis masih bersentuhan? Kenapa? Karna ya itu cuma sekedar salaman biasa, ngga ada nafsu di dalemnya, hanya sekedar bentuk penghormatan dari yang muda ke yang lebih tua.”
Panjang lebar Bang Aping bicara tentang itu, ia bilang kalau nafsu adalah hal yang sulit untuk dihindari dan lebih sulit lagi untuk menghentikannya.
“jangankan saling berhadapan sama lawan jenis atau pacar, elu sms an pake sayang sayangan juga itu pasti ada nafsu kan? Siapa yang tau kalo pikiran kita udah sejauh apa pas ‘dia’ bilang sayang atau kata kata manja yang lain? Apalagi kalo ketemu, pegang pegangan tangan, yah... lu tau sendiri laki laki itu anj*ng kalo udah nafsu...” kata Bang Aping santai.
“tapi kan Bang, kalo nafsu itu bisa segampang itu, orang yang ga pacaran juga bisa kena dosa nya dong, kan pikiran orang gaada yang tau...” kata Nyra.
“nah itu, sama aja kan? Terus ngapain pacaran kalo gaada bedanya sama yang ga pacaran? Gini Ra, elu sebagai perempuan, ketika ada yang ngajak lu pacaran dan elu nerima, itu berarti lu udah sukarela ngasihin diri lu untuk dipandang penuh nafsu sama dia. Apa sih yang laki laki harepin dari pacarnya? cemen kalo cuma minta perhatian doang, kasian amat idupnya kurang perhatian, emang lu bakal mati kalo ga di perhatiin pacar Wan? Ngga kan, mereka pasti ngarepin sesuatu yang lebih, bisa berupa materi, atau yang lebih... lebih dari sekedar materi....
“elu aja sama Nyra bisa se deket ini tanpa status pacaran kan? Yang gua liat kalian sahabatan, saling care satu sama lain, kenapa kalian ga pacaran aja?” lanjutnya.
“ngga Bang, temenan aja...”
“terus kenapa elu mau pacaran sama cewe lain? Nyra kan cantik, baik juga, dan elu masih nyari cewe lain? Apa sih yang lu harepin? Udah cukup kenal sama Nyra? Pengen nyobain yang lain?”
“ya Allah bang, ga gitu gitu amat kali... -_-” kata Mawan
“haha, sorry Wan, perumpamaan, itu tuh nafsu yang gua maksud, nafsu pengen ngemilikin orang, pengen dapetin orang. Ra, ketika elu ngejaga diri lu dengan ngga pacaran, itu berarti lu udah komitmen untuk menghindar dari nafsu laki laki di sekitar elu,”
“tapi....” potong Mawan.
“gua tau lu mau ngomong apa, ‘nafsu kan gaada yang tau’ iya kan? Seenggaknya Nyra udah punya usaha Wan, masalah cowo yang mandang dia nafsu, itu udah jadi dosa pribadi nya dia, toh Nyra ga pernah minta atau ngasihin dirinya untuk di pandang kaya gitu... paham?
“lagian, pacaran itu nurunin harga diri kalian guys...  sadarlah, sadaarr...”
Mawan dan Nyra cuma ngangguk ngangguk sambil sedikit sedikit menarik nafas dalam dalam.
“kalo udah putus yah Bang?” kata Nyra
“iya, kalian pasti sering denger kan nada nada ngeremehin dari seseorang buat mantannya? Sebagaian orang yang sambil ketawa sinis bilang ‘mantan gue...’, kalo gua pribadi sih prihatin dengernya, kesannya kaya si mantannya itu udah gaada harga dirinya banget di matanya, ga lebih cuma orang yang udah pernah dia cobain sebelumnya, parah kan? Se rendah itu kah seorang mantan? Gua aja nyesel pernah jadi mantan orang.... -_-”
Kata kata terakhir Bang Aping itu sedikit mencairkan suasana, Mawan dan Nyra tertawa puas meledek Bang Aping.

Ponsel Mawan kembali berdering tanda pesan baru masuk, dan kali ini dari Bang Aping,
Kuliah yang bener Wan, jangan maen maen terus, kuliah itu mahal, sayang kalo harus ngulang ngulang terus, kasian orang tua yang bayarin. Belajar yang bener, jangan pacaran, langsung nikah aja nanti... :D pacaran itu buang buang waktu, buang buang duit, apalagi duit orang tua, belajar dari pengalaman gua dulu...
Siap Bang, Aamiin, doain aja kuliah gua lancar terus... J
Bang Aping bukan orang suci yang tak pernah melakukan kesalahan, justru karna banyak sekali kesalahan yang ia perbuat di masa lalu nya, yang membuatnya terus belajar menjadi lebih baik hingga saat ini, itulah sebabnya ia sering berbagi pengalaman pada teman temannya dan selalu menekankan kalau berubah itu perlu. Ia mengalami sendiri banyak perubahan yang terjadi dalam hidupnya ketika ia memutuskan untuk merubah jalan pikirannya dan berani mengambil langkah baru walalupun ia harus melangkah sendiri.
Bang Aping adalah salah satu orang yang Mawan kagumi di antara banyak orang lainnya yang ia kagumi dan ia jadikan acuan untuk berubah. Ia sosok yang berani, walau kadang terdengar nekat, di sisi lain, ia adalah teman yang baik, seperti Mawan dan teman temannya, Bang Aping juga sering bersikap konyol, tertawa besar dan kelakuannya aneh aneh.
Bedanya, Bang Aping bisa bersikap bijaksana di dalam ke konyolan nya... J

day 08 - Ustadz F

Kalau waktu itu Mawan cuma baca baca sedikit buku karangan Ustadz F di toko buku, sekarang Mawan bisa baca bukunya secara utuh, ia tidak membeli bukunya, kebetulan Prisa, temen sekelasnya, punya buku itu, dan Mawan tertarik untuk baca buku itu karna 3 alasan,

Pertama, dia udah baca sedikit waktu di toko buku,

Kedua, Nyra udah pinjem buku itu sebelum Mawan dan dia bilang kalo Mawan wajib baca buku itu,

Dan ketiga, karna baca buku itu banyak banget manfaatnya, sebagai orang yang sedang memperbaiki diri, Mawan maksa dirinya untuk baca buku itu,

Mulai lah Mawan baca buku itu halaman demi halaman, awalnya Mawan masih males malesan, baca dua halaman, ngantuk, terus tidur. Baca nya selembar, tidur nya sampe dua jam -_-,

 Mungkin itu karena memang sebagian buku tidak terlalu menarik pada bagian depannya, sampai bagian tengah baru mulai terasa seru dan menarik untuk dibaca.

Yang jelas, dari buku itu, Mawan belajar baaaaaanyak hal, salah satunya yang paling melekat di pikirannya adalah ketika Ustadz F menekankan bahwa ‘jangan mencari ridho manusia, carilah ridho Allah SWT’

Terdengar sederhana, namun siapa sangka kicauan Ustadz F mengenai hal itu ternyata telah membuat mata Mawan terbuka lebar hingga ia menyadari bahwa selama ini itulah yang sering ia lakukan tanpa disadari. Mencari ridho manusia...

Mungkin terdengar terlalu berat, tapi, ternyata banyak orang yang tanpa sadar melakukan ini, dan Mawan sadar, dia lah salah satunya,

Contoh kecilnya, Mawan lagi kumpul sama teman temannya sambil ngopi, ngobrol ngobrol, ketawa ketawa, terdengarlah suara adzan berkumandang, bukannya solat, malah lanjut ngobrol ngobrol, santai, seakan belum waktunya solat, padahal, solat tepat waktu adalah salah satu rutinitas baru Mawan yang sedang diusahakannya untuk tidak ditinggalkan, namun, ketika ada dalam situasi tersebut, yang ada di pikiran Mawan adalah

‘ntar aja, temen temen juga belum solat’

‘nanti aja solatnya barengan, kalo ngajak solat sekarang takutnya ganggu, lagi seru nih’

Atau bahkan Mawan ragu untuk solat duluan tanpa mengajak teman temannya, dengan alasan ‘takut dibilang so alim, ga asik, atau mungkin ngerusak suasana...’

Ya Allah Waaaan, Wan... ia mendengus pada dirinya sendiri,

Mawan sadar, kejadian kaya gitu adalah bentuk nyata kalo manusia itu kadang bahkan sering mengutamakan ridho manusia daripada ridho Allah, kalau di fikir fikir, buat apa sih ada perasaan ga enak untuk pergi dari kumpulan untuk solat? Toh solat itu kewajiban kan? Apalagi temen temennya juga beragama islam yang punya kewajiban yang sama,

Mawan juga sadar, ketika dia takut dikira so alim, ga asik atau ngerusak suasana, sebenernya apa yang salah dengan itu semua? Toh, Mawan sendiri tau kalo kata kata itu cuma becanda, tinggal Mawan bales aja dengan candaan lagi, ‘yaa emang gua alim kali...’ atau semacam itu lah, terus mereka bisa apa? paling cuma ketawa ketawa, ga bakal bikin dia di jauhin juga kan? Atau malah jadi ada masalah lain? Ngga lah, temen temennya ga se konyol itu, mereka semua udah dewasa,

Nah, perasaan takut itulah yang membuktikan bahwa Mawan ternyata masih mencari ridho manusia, bukan ridho Allah. Mawan lebih takut akan reaksi teman temannya ketika dia ngajak solat, daripada dosa nya ke Allah karena nunda nunda waktu solat, dan Mawan malah ga enak sama temen temennya untuk ninggalin kumpulan buat solat, bukannya malah ga enak sama Allah karna masih santai padahal adzan udah manggil daritadi.

Dan Ustadz F memaparkan dengan jelas pada buku itu, kalo itu salah, bahkan dosa, lebih mementingkan manusia di bandingkan Allah SWT.

Contoh lainnya adalah ketika berhadapan dengan manusia lewat media sosial seperti sms, bbm, twitter, facebook dan lain lain. Seringkali, Mawan sibuk membalas chat dari teman temannya padahal sajadah sudah membentang di hadapannya, bahkan tangannya pun sedang dalam keadaan basah karena air wudhu, tetap saja ia mendahulukan membalas chat chat yang masuk ke telepon genggamnya dengan alasan ‘ga enak, takutnya nunggu lama kalo dibalesnya abis solat...’, atau dengan alasan sederhana seperti ‘tanggung...’

Seketika itu juga Mawan sadar, itu juga adalah tindakan mencari ridho manusia yang sudah jelas jelas salah... gimana kalo belum sempat Mawan solat, tiba tiba dia mati? Dan kerjaan yang sempat dilakukannya hanyalah sibuk dengan sosial media nya? Bukan tidak mungkin itu semua terjadi, hukum alam, manusia bisa meninggal kapan saja, Mawan sudah tau itu sejak lama, namun baru kini ia merasakan makna sesungguhnya,

Tidak bisa dipungkiri, mungkin bukan hanya Mawan yang memiliki fikiran seperti itu tanpa sadar bahwa itu adalah sesuatu yang salah, sebagai manusia, jelas kita harus lebih mementingkan Allah di atas apapun. Terkadang manusia lupa bahwa ridho Allah adalah segalanya, segalanya yang kita butuhkan, dan bukanlah ridho manusia.

Sepenggal kutipan di buku itu telah merubah cara fikir Mawan sekali lagi, buku itu belum habis terbaca oleh Mawan, namun Ustadz F telah menamparnya keras keras di tengah perjalanannya membaca buku itu, yang membuatnya semakin penasaran untuk membaca buku itu hingga tamat dan bersiap menerima tamparan tamparan berikutnya.

- Copyright © Mawan's day - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -